divine-music.info
divine-music.info

divine-music.info
http://divine-music.info/images/dmmusicbar.gif

Rabu, 04 Desember 2013

Mengapa manajemen Strategi


PENDAHULUAN

Mengapa Manajemen Strategi
          Setiap organisasi bisnis dihadapkan kepada dua jenis “ lingkungan “’ yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Makin besar suatu perusahaan, atau organisasi, makin kompleks pula bentuk, jenis dan sifat interaksi yang terjadi dalam menghadapi ke dua jenis “ lingkungan “ tersebut. Salah satu implikasi kompleksitas itu ialah proses pengambian keputusan yang semakin sulit dan rumit. Untuk itulah diperlukan manajemen strategi.
          Secara internal, manajemen dihadapkan kepada tuntutan dan pemuasan kepentingan berbagai pihak, seperti para manajer madya dan manajer tingkat rendah, para pemegang saham, serta para karyawan dan karyawati organisasi. Di samping itu, meskipun berada di luar organisasi, terdapat berbagai pihak yang berkepentingan dalam keberhasilan organisasi seperti pemasok, distributor, agen, pemerintah dan para pelanggan atau pengguna produk atau jasa organisasi yang bersangkutan.
          Kelompok internal ketiga yang berkepentingan adalah para anggota organisasi yangg bersangkutan. Ketika para anggota organisasi masuk ke perusahaan, mereka membawa serta berbagai hal seperti pengetahuan, keterampilan, pengalaman, bakat pengalaman, latar belakang sosial, kepribadian, sistem nilai, harapan dan beraneka ragam kebutuhan, baik yang sifatnya kebendaan, maupun yang bbersifat sosial, psikologis, mental dan intelektual. Teori manajemen sumber daya manusia modern menekankan bahwa pengakuan dan penghargaan harkat dan martabat manusia merupakan hak para karyawan yang sangat fundamental sifatnya yang pada gilirannya menuntut gaya manajerial yang demokratis. Manajemen merupakan kiat untuk memperoleh hasil melalui dan dengan bekerja  sama dengan orang lain dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. dengan demikian dapat dikatakan bahwa keberhasilan manajemen puncak mengelola organisasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan para anggota organisasi yyang melaksanakan berbagai  kegiatan yang sifatnya teknis dan operasiona, terlepas dari jenis penugasannya, apakah melaksanakan sebagian tugas pokok organisasi atau menyyelenggarakan berbagai kegiatan yang sifatnya menunjang. 
          Di luar organisasi terdapat berbagai kelompok yang berkepentingan yang juga harus dipuaskan oleh manajemen puncak.
1.    Para pemasok. Pada umumnya, suatu perusahaan yang menghasilkan barang tertentu tidak menguasai sendiri penyediaan bahan mentah atau bahhan baku untuk diproses hingga menjadi produk tertentu. Berarti perusahaan memerlukan keberadaan pemasok yang dapat diandalkan dalam arti mampu menyediakan bahan yang diperlukan dalam jumlah yang sesuai dengan permintaan perusahaan dengan mutu tinggi, tepat waktu dan teratur dalam penyerahannya.
2.   Para distributor dan agen. Pada umumnya, perusahaan yang menghasilkan barang tertentu tidak menjual sendiri barang-barang yang dihasilkannya itu melainkan menggunakan jasa para distributor dan para agen.
3.   Pemerintah. Berbagai instansi pemerintah sebagai pihak yang berkepentingan dapat digolongkan pada dua kategori yaitu :
a.   Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan dan wewenang pengaturan
b.   Pemerintah sebagai pemakai produk atau pengguna jasa perusahaan.
Sebagai pemegang kekuasaan dan wewenang pengaturan, pemerintah menjadi pihak yang berkepentingan dengan berbagai pertimbangan. Pemerintah sangat berkepentingan dalam hal terpeliharanya keteraturan dalam masyarakat yang antara lain terlihat pada ketaatan para warganya kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Menghadapi Tantangan Eksternal
            Tidak ada satu pun organisasi bisnis yang bergerak dalam kondisi “ hampa udara “ ia selalu berinteraksi dengan lingkungan tertentu yang sering diliputi oleh suasana ketidakpastian atau yang berubah dengan sangat cepat. Bahkan tidak sedikit pakar manajemen dan teori organisasi meramalkan bahwa jenis, bentuk dan intensitas perubahan eksternal itu di masa depan akan sedimikian rupa sehingga manajemen puncak akan sering dihadapkan kepada berbagai  “ kejutan “. Artinya manajemen puncak yang masih sibuk melakukan perubahan untuk menghadapi tantangan yang baru saja timbul, sudah terjadi lagi perubahan dengan segala tantangan yang menyertainya. Tantangan utama yang akan dihadapi oleh manajemen puncak di masa depan berkisar pada “ menciptakan orgnisasi yang lebih baik.” Yang dimaksud dengan “ Organisasi yang lebih baik “ adalah organisasi yang tingkat efektivitasnya tinggi karena dengan tingkat efektivitas yang tinggi itu organisasi mampu tidak hanya menjamin kelangsungan efektivitasnya, akan tetapi berada pada kondisi siap menghadapi berbagai tantangan, menghilangkan berbagai kendala dan memanfaatkan berbagai peluang yang timbul.
            Berbagai tantangan di masa depan itu antara lain, ialah globalisdasi ekonomi, perubahan geopolitik, pengangguran, tanggungjawab sosial “ gaya baru “, peningkatan taraf hidup, penyelenggaraan bisnis berdasarkan norma-norma moral dan etika, keanekaragaman tenaga kerja, perkembangan teknologi, masalah demografi dan kemungkinan timbulnya berbagi kejutan yng tidak diperkirakan sebelumnya.

Globalisasi ekonomi
Merupakan salah satu fenomena perkembangan yang terjadi di bidang ekonomi, industri dan perdagangan. Secara populer perkembangan tersebut dikenal dengan istilah “ Globalisasi “. Memahami makna, hakikat dan dampak “ globalisasi “ jelas tidak semudah mangucapkannya. Yang pasti berbagai faktor yang turut berpengaruh pada globalisasi di bidang ekonomi, industri dan perdagangan, antara lain , adalah :
a.    Keberadaan korporasi multi nasional dengan segala ciri dan kegiatannya
b.    Meningkatnya kesadaran di kalangan para negarawan di dunia bahwa mutu hidup dan taraf hidup umat manusia tidak dapat ditingkatkan dengan pendekatan politis-ideologis
c.    Sebagai konsekuensi kesadaran di atas, timbul dorongan untuk mewujudkan kerjasama di bdang ekonomi pada tingkat nasional, seperti AFTA, APEC, NAFTA, MEE, MERCUSOR, ANDEAN PACT, CENTRAL AMERICAN ECONOMIC UNION dan CARICOM. Bahkan GATT, badan perserikatan dunia diganti namanya menjadi WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO).
d.    Salah satu tuntutan globalisasi ekonomi, yang menjadi fokus perhatian WTO adalah keterbukaan semua  bukan hanya dalam arti transparansi kebijaksanaan di bidang ekonomi, moneter dan perdagangan, akan tetapi keterbukaan dalam kegiatan operasional bisnis yang diharapkan berarti tidak adanya pembatasan lalu lintas barang
e.    Dalam era keterbukaan di bidang ekonomi, diharapkan kebijaksanaan yang proteksionistik yang mungkin masih dianut oleh negara dan atau pemerintah tertentu ditinggalkan.
f.     Timbulnya berbagai tuntutan baru dalam dunia bisnis dalam bentuk pemenuhan berbagai standar internasional seperti ISO 9000 dan “ eco-labelling.”

Perubahan Geopolitik.
Telah umum diketahui dan diakui bahwa dengan runtuhnya berbagai pemerintahan diktatorial berhaluan komunis di negara-negara yang tadinya bergabung dalam “ Blok Timur “  seperti Polandia, Rumania, Hongaria, Jerman Timur dan bubarnya Uni Soviet serta rontoknya Tembok Berlin dan menyatunya kembali bangsa jerman dalam suatu negara, telah berakibat pada berakhirnya Perang Dingin yang selama bertahun-tahun menjadi momok bagi umat manusia. Bahkan orang ketika itu sering bertanya apakah Perang Dingin itu akan berubah menjadi  “ Perang Panas “ ( Perang Dunia Ketiga ) yang apabila meletus akan mendatangkan mala petaka bagi seluruh umat manusia pada skala dan proporsi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Alasanya ialah karena perang seperti itu akan melibatkan berbagai negara yang memiliki dan menggunakan senjata nuklir.
Usainya Perang Dingin memang mengubah peta geopolitik dunia secara mendasar. Akan tetapi tidak berarti bahwa umat manusia sudah bisa hidup dengan aman dan tentram. Masih banyak masalah yang harus dihadapi. Misalnya terdapatnya “ jurang pemisah “ antara negara-negara industri maju dengan negara-negara yang disebut “ Dunia Ketiga.” Faktor-faktor penyebab adanya jurang pemisah sangat beraneka ragam , ada yang sifatnya politis, ekonomi, teknologikal, kultural, pendidikan dan lain sebagainya.
Sangat menarik untuk mengamati bahwa justru karena usainya Perang Dingin, di banyak negara indusrti maju timbul masalah baru yang sangat serius dengan resonansi sangat kuat di seluruh dunia. Ketika Perang Dingin masih berlangsung, di negara-negara industri maju terdapat apa yang disebut sebagai “ military industrial complex “ yang sangat besar. Industri persenjataan dengan segala jenis dan bentuknya merupakan industri yang sangat kuat bukan hanya dalam arti pengaruhnya, akan tetapi juga dalam arti jumlah modal yang dikuasainya dan tenaga yang dipekerjakannya. Berakhirnya Perang Dingin berakibat antara lain  pada berkurangnya anggaran banyak negara untuk membiayai kegiatan pertahanan dan keamanan secara drastik karena kebutuhan membangun kekuatan perang sudah sangat berkurang.  Alhasil, tidak sedikit perusahaan yang menghasilkan perangkat keras dan perangkat lunak persenjataan yang harus melakukan “ penciutan “ usaha. Jutaan orang kehilangan pekerjaan dan penghasilan. Dampak kondisi seperti itu terasa bukan hanya di negara di mana perusahaan dimaksud beroperasi, akan tetapi juga keberbagai bagian dunia lainnya.
Di samping itu terlihat gejala-gejala timbulnya upaya pembentukan negara-negara baru sebagai hasil gerakan separatisme berdasarkan etnis atau karena tindakan sekelompok ekstrimis keagamaan. Situasi demikian pun turut mengubah peta geopolitik dunia dewasa ini yang perlu diamati dan diperhitungkan dampaknya dalam pengelolaan berbagai jenis organisasi baik di dalam dan di luar pemerintahan.

Pengangguran
Salah satu tantangan yang tampaknya akan terus dihadapi oleh berbagai negara, yang pada gilirannya memerlukan manajemen strategi, adalah masalah penciptaan lapangan kerja bagi warga masyarakat yang berada dalam kelompokk usia produktif. Hampir semua negara menghadapi pengangguran, meskipun pada tingkat yang berbeda-beda. Hanya sedikit negara yang menikmati kondisi di mana tidak terdapat pengangguran. Di banyak negara terdapat pengangguran terselubung. Merupakan suatu ironi pula bahwa di banyak masyarakat pengangguran justru terjadi pada kelompok masyarakat yang sudah mengecap pendidikan formal yang tinggi karena daya serap berbagai jenis organisasi masih rendah, disamping kenyataan bahwa pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh para pencari tenaga kerja tidak selalu sesuai dengan kebutuhan organisasi pengguna tenaga kerja. Oleh karena itu banyak pencari pekerjaan yang terpaksa menerima pekerjaan yang tingkat ppengetahuan dan keterampilan yang dimiliki sebenarnya terlalu tinggi untuk tugas pekerjaan yang harus dilaksanakannya. Tidak akan ada yang menyanggah apabila dikatakan bahwa dampak negatif tingkat    pengangguran yang tinggi yang harus ditangani secara bersama-sama oleh mereka yang menduduki berbagai jabatan puncak dalam semua jenis organisasi karena mengatasi pengangguran jelas bukan hanya tanggung jawab pemerintah.



Peningkatan taraf hidup
Setiap manusia pasti mendambakan peningkatan taraf hidupnya, sebagai bagian penting dari peningkatan mutu hidup.meskipun benar bahwa taraf hidup berkaitan erat dengan seegi-segi fisik dan materi dalam kehidupan seseorang, tetapi merupakan bagian kkehidupan yang tidak dapat diabaikan.kemampuan manusia untuk memuaskan kebutuhan primernya seperti sandang, pangan dan perumahan — peningkatan mutu gizi dan pemeliharaan kesehatan adalah beberapa seginya. Agar memiliki kemampuan untuk memuaskan berbagai kebutuhan yang bersifat “ pokok ‘ tersebut, seseorang memerlukan pekerjaan yang menghasilkan imbalan finansial. Oleh karena itulah anajemen sumber daya manusia harus dipandang sebagai komponen manajemen strategi dalam mana terdapat kemampuan organisasi untuk  memberikan imbalan yang wajar dan adil. Wajar dalam arti memungkinkan seseorang untuk memuaskan berbagai kebutuhan fisiknya sesuai dengan status sosialnya baik di dalam maupun di luar organisasi. Dalam kaitan ini manajemen puncak akan dihadapkan kepada situasi bahwa yang diandalkan dalam penyelenggaraan bisnis adalah keunggulan kompetitif, bukan keunggulan komparatif. 

Penyelenggaraan Bisnis Berdasarkan Norma-norma Moral dan Etika.
Salah satu tanggung jawab manajemen puncak yang sangat mendasar ialah menyelenggarakan bisnis dalam mana ia terlibat berdasarkan norma-norma moral dan etika. Penyelenggaraan bisnis yang demikian bukanlah tugas yang mudah. Kenyataan menunjukan bahwa setiap organisasi bisnis dihadapkan kepada suasana persaingan yang semakin tajam. Manajemen puncak akan sangat mudah “tergoda” untuk terlibat dalam apa yang sering disebut sebagai “zero sum games” yang dalam perilaku penyelenggaran usaha sering mengejawantah dalam sikap “kerugian bagi anda adalah keuntungan bagi saya”. Situasi demikian dikenal pula dengan “win-loose situation.” Dinyatakan dengan cara lain, penyelenggaraan bisnis seperti itu berangkat dari pandangan bahwa “kesempitan bagi seseorang merupakan kesempatan bagi yang lain.” Jika manajemen puncak melakukan perilaku seperti itu, tidak akan sulit baginya  untuk terlibat dalam ppersaingan yang tidak sehat. Justru situasi demikianlah yang harus dicegah oleh manajemen strategi. Yang diinginkan ialah “win-win situation.”
Penyelenggaraan bisnis berdasarkan norma-norma moral dan etika sesungguhnya mencakup semua bagi kehidupan organisasional.berikut ini beberapa contoh. Pertama : dalam menghasilkan produk tertentu, mutu produk harus diupayakan agar setinggi mungkin. Berarti bahan baku atau bahan mentah yang dignakan untuk diproses lebih lanjut harus tinggi karena tidak mungkin menghasilkan produk yang bermutu tinggi dengan menggunakan bahan yang bermutu randah. Produk yang dihasilkan harus berupa barang atau jasa yang berguna bagi dan memang diminati oleh para pelanggan yang menjadi “target” pengguna produk tersebut. Norma-norma moral dan etika juga menuntut agar dalam proses pproduksi digunakan teknik yang tidak merusak lingkungan, seperti misalnya pembuangan limbah — apalagi yang berbahaya—yang dapat merusak kehidupan orang lain karena polusi udara, pencemaran sungai dan lain sebagainya. Proses produksi harus pula mencerminkan pengakuan manajemen pada harkat dan martabat manusia penghasil produk tersebut. Mengakui dan menghargai harkat dan martabat manusia, antara lain berarti kepedulian yang tinggi pada keselamatan dan kesehatan kerja, kondisi fisik tempat bekerja yang kondusif untuk mendorong peningkatan produktivitas, penyeliaan yang simpatik, hubungan interpersonal yang serasi, suasana saling mendukung dan imbalan yang memadai. Kedua : mungkin terlalu simplistik untuk menekankan bahwa sesuatu produk, baik berupa barang atau jasa, yang sangat dibutuhkan dan diminati para pelanggan dan nasabah sekalipun, memerlukan kegiatan dan strategi pemasaran tertentu. Tetapi memang demikianlah kenyataanya. Kegiatan dan strategi pemasaran yang dilakukan berdasarkan norma-norma moral dan etika, pada dasarnya menuntut kejujuran. Berbagai syarat yang mutlak perlu dipenuhi oleh tenaga pemasaran—dan penjual—antara lain ialah pengenalan produk yang mendalam tentang produk yang dipasarkan atau dijualnya, mengetahui proses produksinya, memahami kegunaanya, jangka waktu kegunaannya daam arti kapan produk tersebut akan kedaluwarsa, komposisi bahan yang digunakan, “segi-segi negatifnya”—seperti misalnya efek sampingan peggunaan obat tertentu—harganya dan pelayanan purna jual yang disediakan oleh organisasi penghasil. Seperti diketahui salah satu instrumen pemasaran adalah dengan pemasangan iklan dengan menggunakan berbagai “jalur” seperti “bill-board”, iklan di media cetak dan di media elektronika. Norma-norma moral dan etika menuntut agar dalam pengiklanan tersebut produsen bersikap jujur.
Ketiga : Penunaian kewajiban kepada pemerintah. Suatu organisasi bisnis sebagai suatu badan hukum mempunyai kewajiban kepada pemerintah. Inti penunaian kewajiban tersebut ialah ketaatan pada peraturan perundang-undangan yang               ” menyentuh” berbagai segi kehidupan organisasi seperti keharusan memiliki izin usaha, izin mengiklankan produk, pembayaran berbagai jenis pajak, seperti pajak penghasilan badan, pajak penghasilan perorangan—kalu perusahaan memang melakukan pemungutan pajak penghasilan para karyawannya untuk kemudia disetor kepada aparat perpajakan—pajak pertambahan nilai, pajak ekspor, pembayaran bea cukai atas bahan atau barang yang diimpor untuk kepentingan perusahaan dan lain sebagainya. Kejujuuran merupakan syarat yang amat penting dalam penunaian berbagai kewajiban tersebut. Keempat : interaksi dengan mitra kerja. Dapat dipastikan bahwa setiap organisasi memerlukan mitra kerja yang, seperti telah dikemukakan di atas, adalah “pihak-pihak berkepentingan eksternal.” Kemitraan tersebut dapat berupa hubungan dengan pemasok, distributor, agen, bank dan asosiasi perusahaan sejenis. Keberhasilan suatu organisasi ditentukan pila oleh kemampuannya menumbuhkan dan memelihara hubungan dan interaksi yang harmonis dengan semua mitra tersebut terutama dalam kemitraan yang bersifat strategi. Dalam menumbuhkan dan memelihara hubungan serta interaksi tersebut, norma-norma moral dan etika pun harus dipegang teguh. Manajemen strategi berperan penting dalam hal ini terutama dalam menciptakan kultur organisassi yang secara moral dan etika dapat dipertanggung jawabkan. Kelima : interaksi dengan pihak-pihak berkepentingan internal. Telah dimaklumi bahwa dalam suatu organisasi terdapat berbagai kelompok yang berkepentingan, yaitu para manajer yang bukan anggota manajemen puncak, para karyawan dan para pemilik modal. Nilai-nilai moral dan etika menuntut bahwa apabila organisasi berhasil meraih keuntungan, hal tersebut harus dilaporkan secara jujur dan dengan demikian pembagian keuntungan dilakukan secara proporsional dan manfaat finansial seperti bonus—apabila ada, diketahui dengan jelas oleh berbagai pihak yang berkepentingan itu.

Keanekaragaman Tenaga Kerja.
Jika orang berbicara tentang keanekaragaman tenaga kerja sebagai tantangan yang harus dihadapi dalam kaitannya dengan perumusan manajemen strategi dalam suatu oorganisasi bisnis, biasanya yang dimaksud adalah konfigurasi ketenagakerjaan yang terdapat dalam organisasi yang bersangkutan, yang diperoleh dari berbagai sumber tenaga kerja domestik maupun internasional. Konfigurasi ketenagakerjaan itu dapat terdiri dari :
1.      Tenaga kerja usia muda yang sebenarnya belum waktunya memasuki pasaran kerja melainkan masih harus duduk di bangku sekolah, tetapi harus melakukannya karena misalnya tekanan ekonomi.
2.      Para pekerja yang memang sudah waktunya mempunyai pekerjaan dan orang-orang seperti itu seering disebut “ kelompok produktif “
3.      Wanita karier yang berhasrat menerapkan ilmu, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki berkat pendidikan formal yang pernah di tempuhnya
4.      Wanita berkeluarga yang berperan selaku pencari nafkah utama karena suami tidak memiliki pekerjaan
5.      Wanita berkeluarga yang “terpaksa” berkarya untuk menambah penghasilan suami yang dirasakan tidak mencukupi untuk membiayai hidup seluruh anggota keluarga secara wajar
6.      Wanita yang tidak menikah tetapi mempunyai anak dan oleh karenanya menjadi pencari nafkah satu-satunya bagi “keluarganya”
7.      Para karyawan yang sebenarnya sudah memasuki usia pensiun akan tetapi oleh perusahaan masih dipekerjakan karena berbagai alasan seperti pertumbuhan organisasi yang sangat pesat, pemilikan pengetahuan dan keterampilan khusus yang sangat dibutuhkan oleh organisasi, sulitnya mencari tenaga baru yang secara kualitatif memenuhi syarat dan lain sebagainya.
 Manajemen strategi dalam bidang sumber daya manusia sangat penting artinya karena akan merupakan dasar melakukan rincian kebijaksanaan manajemen sumber daya manusia dengan seluruh prosesnya, yaitu :
a.      Penciptaan sistem informasi sumber daya manusia
b.      Perencanaan ketenagakerjaan
c.      Perumusan uraian jabatan, analisis pekerjaan, deskripsi pekerjaan, dan penetuan standar hasil pekerjaan
d.      Rekrutmen
e.      Seleksi
f.       Penempatan
g.      Pengembangan dan pelatihan
h.      Penentuan sistem imbalan
i.       Perencanaan dan pengembangan karier
j.       Pemutusan hubungan kerja, dan
k.      Pemensiunan

Perkembangan Teknologi
Salah satu ciri dunia yang paling menonjol dewasa ini dan yang diperkirakan akan terus berlanjut di masa yang akan datang ialah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat. Bagi para manajer tingkat puncak perkembangan tersebut mempunyai ramifikasi yang luas dalam kegiatan mengelola organisasi. Ramifikasi itu ada yang bersifat positif dan oleh karenanya melalui strategi yang tepat dapat dimanfaatkan, tetapi ada pula yang bersifat negatif dan harus dikenali agar dampaknya dapat dihilangkan atau paling sedikit dikurangi.
Berkat perkembangan teknologi yang sangat pesat dunia mengalami paling sedikit tiga jenis utama revolusi teknologi, yaitu revolusi teknologi transportasi, revolusi teknologi komunikasi dan revolusi teknologi informasi. Revolusi teknologi transportasi telah mengubah “wajah” dunia dari satu planet raksasa menjadi hanya “satu desa global.” Bahkan revolusi teknologi transportasi tersebut membuat seolah-olah manusia tidak lagi terikat pada hukum ruang dan waktu. Mobilitas manusia dan barang menjadi sangat tinggi berkat revolusi tersebut dan hal ini mempunyai implikasi yang sangat luas dalam mengelola suatu organisasi. Perkembangan teknologi komunikasi sudah sedemikian rupa sehingga sarana dan prasarana komunikasi gaya lama terasa sangat tidak memadai karena lambat, makan biaya yang tidak sedikit dan sering tidak efektif. Berbeda halnya dengan teknologi komunikasi mutakhir yang sangat cepat, terjadi tanpa distorsi, bersifat multi media dan dengan kecenderungan biaya yang semakin rendah. Penggunaan telekomunikasi modern dengan berbagai alatnya seperti telepon otomatis deangan “fasilitas” putar langsung jarak jauh dan internasional dan berbagai modern lainnya membuat proses komunikasi berjalan dengan “gaya” yang sama sekali berbeda dengan masa lalu. Perkembangan teknologi informasi berlangsung dengan kecepatan yang belum pernah dialami sebelumnya dan komputer adalah “prima dona”-nya. Pemahaman tentang perkembangan teknologi ialah semakin pentingnya keterlibatan organisasi bisnis dalam jaringan komputer baik pada tingkat lokal (Lokal Area Network) bahkan juga pada tingkat global melalui “saluran jalan raya informasi” (information superhighway) masuk ke “ Internet.” Tentunya tidak semua organisasi niaga perlu masuk ke jaringan dimaksud. Akan tetapi bagi organisasi yang go “ international” hal tersebut akan merupakan kebutuhan nyata di masa depan, bukan lagi merupakan “barang mewah.”

Faktor Demografi
Merupakan kenyataan yang tidak dapat disangkal bahwa makin banyak manusia yang menikmati mutu hidup yang semakin meningkat, antara lain berkat mutu gizi dan kemajuan yang diraih dalam bidang kedokteran. Berbagai akibat positif yang jelas tampak antara lain ialah :
a.      Menurunnya persentase balita yang meninggal
b.      Turunnya jumlah ibu yang meninggal ketika melahirkan
c.      Kondisi kesehatan masyarakat yang makin membaik
d.      Makin banyaknya penyakit yang dapat ditaklukan berkat tersedianya obat yang ampuh atau efektif
e.      Harapan hidup yang semakin panjang
Dari sudut pandang demografi, berbagai kelompok usia di masyarakat dapat dibagi menjadi :
1.      Kelompok masyarakat yang belum produktif karena belum waktunya memasuki pasaran kerja seperti anak-anak usia sekolah
2.      Kelompok masyarakat yang tidak lagi produktif karena sudah tergolong pada usia lanjut
3.      Kelompok masyarakat yang seharusnya produktif dalam arti mempunyai pekerjaan, tetapi nyatanya menganggur
4.      Kelompok masyarakat yang tidak sepenuhnya produktif dalam arti mempunyai pekerjaan tetapi tidak tetap dan oleh karena itu penghasilannya pun tidak terjamin kontinuitasnya
5.      Kelompok masyarakat yang memang produktif dalam arti mempunyai penghasilan tetap karena bekerja sebagai wiraswasta atau sebagai pekerja di organisasi milik orang lain atau di lingkungan pemerintahan, termasuk di lingkungan angkatan senjata.
Berbagai “ Kejutan “ lain. Di dunia yang bergerak sangat dinamis, berlaku ungkapan yang mengatakan bahwa  “ satu-satunya kepastian di dunia adalah ketidakpastian dan satu-satunya hal yang konstan di dunia adalah perubahan.” Bahkan ada pendapat yang mengatakan bahwa sementar manusia sibuk melakukan penyesuaian terhadap tuntutn suatu perubahan, dinamika dunia sudah “melahirkan” lagi perubahan baru. Bahkan alvin Toffler, futuris yang terkenal itu, mengatakan bahwa dunia dewasa ini berada pada “kejutan kedua” dan akan menyusul “Kejutan ketiga” dengan segala implikasi dan ramifikasinya. Pengalaman dunia tampaknya “membenarkan” prakiraan tersebut. Oleh karena itu tidak usah mengherankan jika di masa depan timbul berbagai kejutan, baik di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan,kesehatan, industri dan berbagai segi kehidupan lainnya, baik yang berdampak positif maupun yang negatif. Istilah yang dewasa ini sedang “in” dan “trendy” menyangkut hal tersebut ialah dengan mengatakan bahwa manajemen puncak masa depan tidak boleh hanya bersikap reaktif tehadap perkembangan yang terjadi. Yang diperlukan ialah sikap yang antisipatif dan proaktif.
Dengan sikap yang antisipatif dimaksudkan agar manajemen puncak mampu memperhitungkan konsekuensi berbagai kecenderungan yang terjadi, baik internal dalam organisasi maupun eksternal dalam arti lingkungan dengan mana organisasi harus berinteraksi. Sikap yang antisipatif itu bermuara kepada sikap yang proaktif. Artinya, dengan antisipasi yang tepat, perubahan yang terjadi dapat diduga sebelumnya dan siap mengambil langkah-langkah tertentu menghadapi tantangan yang ditimbulkannya. Bukan hanya itu. Idealnya, sikap yang proaktif membuat manajemen puncak turut berperan dalam menetukan bentuk, jenis dan arah perubahan tersebut sehingga menjadi faktor pendukung bagi organisasi dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasarannya.

PENGERTIAN MANAJEMEN STRATEGI DAN DIMENSINYA
Meskipun para pakar memberi definisi yang berbeda-beda tentang manajemen strategi, suatu hal yang biasa dalam kegiatan ilmiah kiranya tidak akan jauh dari kebenaran apabila dikatakan bahwa manajemen strategi adalah “serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi tersebut”. Kiranya telah umum diketahui bahwa istilah strategi semula bersumber dari kalangan militer dan secara populer dinyatakan sebagai “kiat yang digunakan oleh para jenderal untuk memenangkan suatu peperangan”. Dewasa ini istilah strategi sudah di gunakan oleh semua jenis organisasi dan ide-ide pokok yang terdapat dalam pengertian semula tetap dipertahankan hanya saja aplikasinya disesuaikan dengan jenis organisasi yang menerapkannya, karena dalam arti yang sesungguhnya, manajemen puncak memang terlibat dalam suatu bentuk “peperangan” tertentu.
Dalam merumuskan suatu strategi, manajemen puncak harus memperhatikan berbagai faktor yang bersifat kritikal.
1.    Strategi berarti menentukan misi pokok suatu organisasi karena manajemen puncak menyatakan secara garis besar apa yang menjadi pembenaran keberadaan organisasi, filosofi yang bagaimana yang akan digunakan untuk menjamin keberadaan organisasi tersebut dan sasaran apa yang ingin dicapai. Yang jelas menonjol dalam faktor pertama ini ialah bahwa strategi merupakan keputusan dasar yang dinyatakan secara garis besar.
2.    Dalam merumuskan dan menetapkan strategi, manajemen puncak mengembangkan profil tertentu bagi organisasi. Profil yang dimaksud harus menggambarkan kemampuan yang dimiliki dan kondisi internal yang dihadapi oleh organisasi yang bersangkutan.
3.    Pengenalan tentang lingkungan dengan mana organisasi akan berinteraksi, terutama situasi yang membawa suasana persaingan yang mau tidak mau harus dihadapi oleh organisasi apabila organisasi yang bersangkutan ingin tidak hanya mampu melanjutkan eksistensinya, akan tetapi juga meningkatkan efektivitas dan produktivitasnya.
4.    Suatu strategi harus merupakan analisis yang tepat tentang kekuatan yang dimilki oleh organisasi, kelemahan yang mungkin melekat pada dirinya, berbagai peluang yang mungkin timbul dan harus dimanfaatkan serta ancaman yang diperkirakan akan dihadapi. Dengan analisis yang tepat berbagai alternatif yang dapatditempuh akan terlihat.
5.    Mengidentifikasikan beberapa pilihan yang wajar ditelah lebih lanjut dari berbagai alternatif yang tersedia dikaitkan dengan keseluruhan upaya yang akan dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran organisasi.
6.    Menjatuhkan pilihan pada satu alternatif yang dipandang paling tepat dikaitkan sasaran jangka panjang yang dianggap mempunyai nilai yang paling strategis d n diperhitungkan dapat dicapai karena didukung oleh kemampuan dan kondisi internal organisasi.
7.    Suatu sasaran jangka panjang pada umumnya mempunyai paling sedikit empat ciri yang menonjol, yaitu :
a.    Sifatnya yang idealistik.
b.    Jangkauan waktunya jauh ke masa depan.
c.    Hanya bisa dinyatakan secara kualitatif
d.    Masih abstrak
Dengan ciri-ciri seperti itu, suatu strategi perlu memberikan arah tentang rincian yang perlu dilakukan. Artinya, perlu ditetapkan sasaran lain dengan ciri-ciri :
a.   Jangkauan waktu kedepan spesifik
b.   Praktis dalam arti diperkirakan mungkin dapat dicapai
c.   Dinyatakan secara kuantitatif
d.   Bersifat konkrit
8.    Memperhatikan pentingnya operasionalisasi keputusan dasar yang dibuat dengan memperhitungkan kemampuan organisasi di bidang anggaran, sarana, prasarana dan waktu.
9.    Mempersiapkan tenaga kerja yang memenuhi berbagai persyaratan bukan hanya dalam arti kualifikasi teknis, akan tetapi juga perilaku serta mempersiapkan sistem manajeme sumber daya manusia yang berfokus pada pengakuan dan penghargaan harkat dan martabat manusia dalam organisasi.
10.  Teknologi yang akan dimanfaatkan yang karena peningkatan kecanggihannya memerlukan seleksi yang tepat.
11.  Bentuk, tipe dan struktur organisasi yang akan digunakan pun sudah harus turut diperhitungkan, misalnya apakah mengikuti pola tradisional dalam arti menggunakan struktur yang hierarkikal dan piramidal ataukah akan menggunakan struktur yang lebih datar dan mungkin berbentuk matriks.
12.  Menciptakan suatu sistem pengawasan sedemikian rupa sehingga daya inovasi, kreatifitas dan diskresi para pelaksana kegiatan operasional tidak “dipadamkan”.
13.  Sistem penilaian tentang keberhasilan atau ketidak berhasilan pelaksanaan strategi yang dilakukan berdasarkan serangkaian kriteria yang rasional dan objektif.
14.  Menciptakan suatu umpan balik sebagai instrumen yang ampuh bagi semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan strategi yang telah ditentukan itu untuk mengetahui apakah sasaran terlampaui, hanya sekedar tercapai atau mungkin bahkan tidak tercapai. Kesemuanya itu diperlukan sebagai bahan dan dasar untuk mengambil keputusan di masa depan.
Dari pembahasan di atas kiranya jelas bahwa pada dasarnya yang di maksud dengan strategi bagi manajemen organisasi pada umumnya dan manajemen organisasi pada khususnya ialah rencana berskala besar yang berorientasi jangkauan masa depan yang jauh serta ditetapkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif dengan lingkungannya dalam kondisi persaingan yang semuanya diarahkan pada optimalisasi pada pencapaian tujuan dan bebagai sasaran organisasi yang bersangkutan.

Keputusan Strategi Yang Bersifat Multidimensional
Bagi mereka yang menekuni teori organisasi dan manajemen, baik selaku teoritisi maupun selaku praktisi, telah umum diketahui bahwa jika suatu strategi dikatakan sebagai rencana berskala besar, berarti antara lain pengambilan keputusan mendasar sekarang untuk dilaksakan di masa depan. Suatu rencana dikatakan “baik” apabila didalamnya telah tercakup upaya memperhitungkan berbagai faktor yang diduga akan berpengaruh terhadap pelaksanaan rencana tersebut. Dalam pada itu pada umumnya para teoritisi dan praktisi tersebut maklum pula bahwa kegiatan pelaksanaan selalu mengandung resiko karena betapa pun cermatnya perhitungan dan prediksi tentang masa depan yang akan dihadapi akan dilakukan, dalam perencanaan selalu terdapat elemen ketidakpastian. Untuk mengurangi atau memperkecil dampak ketidakpastian itu, berbagai dimensi keputusan strategi berikut ini mutlak perlu dikenali dan diperhitungkan.

Dimensi Keterlibatan Manajemen Puncak
Salah satu sifat keputusan strategi ialah bahwa keputusan tersebut menyangkut seluruh segi organisasi. Karena sifat yang demikian, keterlibatan manajemen puncak bahwa hanya tidak dapat dielakkan, akan tetapi bahkan merupakan suatu keharusan. Dikatakan demikian karena hanya pada tingkat manajemen puncaklah akan tampak segala bentuk implikasi dan remifikasi berbagai tantangan dan tuntutan lingkungan internal dan eksternal yang sangat mungkin tidak terlihat oleh para manajer tingkat yang lebih rendah. Dengan perkataan lain, hanya pada tingkat manajemen puncaklan terdapat cara pandang  yang holistik dan menyeluruh. Pada tingkat manajemen madya, apalagi manajemen tingkat rendah, wawasan yang dimiliki biasanya bersifat departemental atau parsial atau inkremental. Pada dirinya, wawasan yang terbatas demikian pada tingkat manajemen yang bukan tingkat puncak, bukanlah merupakan masalah, karena tuntutan tugas mereka membuat wawasan seperti itu sudah cukup memadai. Tambahan pula hanya manajemen puncaklah yang memiliki wewenang untuk mengalokasikan sarana, prasarana dan sumber lain yang diperlukan untuk mengimplementasikan keputusan yang telah di ambil.

Dimensi Alokasi Dana, Sarana Dan Prasarana
Suatu hal yang lumrah terjadi dalam suatu organisasi, baik yang kecil maupun yang besar, ialah bahwa para manajer dan karyawan yang bekerja pada suatu satuan kerja tertentu cenderung merasakan bahwa satuan kerja tempat mereka berkarya-lah yang terpenting. Karena itu mereka merasa berhak memperoleh dana, sarana, prasarana dan tenaga kerja lebih dari satuan-satuan kerja lainnya dalam organisasi. Pandangan demikian tidak dapat dikatakan benar dan bahkan tidak boleh dibiarkan berlanjut. Manajemen puncak berperan selalu integrator berbagai satuan kerja. Memang benar tergantung pada sifat penugasan, sasaran dan pembatasan waktu, mungkin saja satu satuan kerja diperlakukan sebagai “yang terpenting” pada momen tertentu, tetapi pada momen lain satuan kerja lainlah yang berperan strategi. Keputusan manajemen puncak tentang satuan kerja yang ditugaskan memainkan peran yang strategi pada suatu momen tertentu menentukan sifat alokasi dana, sarana, prasarana dan tenaga kerja yang mungkin melebihi apa yang dialokasikan pada satuan-satuan kerja yang lain. Situasi demikian selalu berubah dan tidak pernah konstan. Bahkan apabila sumber dana, sarana dan prasarana yang tersedia secara internal tidak mencukupi, hanya manajemen puncaklah yang mempunyai wewenang untuk mencari sumber-sumber eksternal, bukan manajemen tingkat menengah, apalagi tingkat rendah.

Dimensi Waktu Keputusan Strategi
Salah satu keputusan strategi adalah jangkauan waktunya yang relatif jauh ke depan. Memang tidak ada “rumus” yang pasti tentang berapa lama jangkauan kedepan itu,apakah lima tahun, sepuluh tahun atau lebih. Yang jelas ialah bahwa suatu keputusan strategi antara lain berarti bahwa manajemen puncak “mengikat” organisasi untuk suatu kurun waktu yang oleh organisasi dikategorikan sebagai : jangka panjang”. Penting untuk diperhatikan bahwa sekali manajemen puncak membuat suatu keputusan strategi, atas dasar keputusan itulah citra organisasi diciptakan dan dipelihara. Misalnya, dalam kurun waktu itu reputasi perusahaan aruhkan, produknya dipasarkan sehingga dikenal oleh masyarakat khususnya para pelanggannya. Dalam kurun waktu itu pulalah perusahaan berupaya merebut pangsa pasar tertentu yang dianggapnya dapat menjamin terpeliharanya keunggulan konpetitif organisasi yang bersangkutan. Mengubah keputusan strategi “ditengah jalan” akan mempunyai dampak terhadap citra organisasi. Untuk menjamin kelestarian citra itulah mutlak diperlukan kehati-hatian dalam membuat suatu keputusan strategi.

Dimensi Orientasi Masa Depan
Salah satu ungkapan yang paling sering terdengar dikalangan bisnis ialah bahwa para manajer diharapkan tidak hanya mampu bersifat reaktif terhadap perkembangan yang terjadi, baik dalam arti internal maupun eksternal. Yang diandalkan adalah manajer yang antisipatif dan proaktif. Pernyatan demikian memang benar dan pengejawantahannya yang paling nyata tampak pada pengambilan keputusan strategi. Keputusan yang diambil oleh manajemen didasarkan pada antisipasi dan prakiraan yang mereka lakukan bukan didasarkan atas dasar hal-hal yang sudah diketahuinya. Antisipasi dan prakiraan itu kemudian diterjemahkan ke dalam berbagai bentuk proyeksi. Bentuk, jenis dan sifat proyeksiitulah yang digunakan untuk memilih opsi strategi yang diperkirakan akan mempermudah upaya mencapai tujuan organisasi. Dengan sifat yang antisipatif dan produktif, manajemen akan lebih siap menghadapi tantangan perubahan yang akan terjadi dan tidak akan dihadapkan kepada situasi “dadakan”.

Konsekuensi Isu Strategi Yang Multifaset
Kiranya penting untuk menekankan bahwa keputusan strategi biasanya menjangkau semua komponen atau unsur semua organisasi, baik dalam arti dana, sarana, prasarana, tenaga kerja maupun dalam arti satuan-satuan kerja yang terdapat dalam organisasi dengan nomenklatur apa pun satuan-satuan kerja tersebut dikenal, seperti departemen, divisi, biro, bagian, seksi, direkturat dan lain sebagainya. Karena itu dapat pula dikatakan bahwa salah satu dimensi keputusan strategi ialah sifatnya yang integratif dan koordinatif. Dimensi ini penting mendapat perhatian karena setiap keputusan strategi pasti melibatka berbagai komponen atau satuan kerja dalam organisasi. Misalnya jika dalam suatu organisasi bisnis di ambil keputusan strategi tentang strategi pemasaran atau perubahan struktur organisasi berbagai satuan kerja harus mempersiapkan keterlibatannya dalam melaksanakan atau menampung akibat keputusan itu. Pendekatan demikian inilah antara lain yang menyebabkan penekanan dimuka tentang penanaman persepsi yang tepat di kalangan para anggota suatu organisasi bahwa pada momen tertentu bisa saja satu satuan kerja di perlukan sebagai satuan kerja yang strategi, dan pada momen lain satuan kerja lainnya yang memperoleh perlakuan demikian. Karena itu pula para pakar sering menekankan pentingnya prinsip sinergi dipegeng teguh dalam menjalankan roda organisasi.

Dimensi lingkungan eksternal
Salah satu truisme dalam menjalankan roda organisasi ialah bahwa setiap organisasi bisnis merupakan suatu sistem. Oleh karena itu ia tidak bisa tidak harus berinteraksi dengan lingkungannya. Suatu organisasi bisnis biasanya mempengaruhi lingkungannya dan pasti dipengaruhi oleh kondisi eksternal yang faktor-faktornya pada umumnya berada diluar kendali organisasi yang bersangkutan. Pada permulaan karya tulis ini telah dibahas berbagai faktor eksternal tersebut. Oleh karena itu untuk tidak mengulangi apa yang pernah dibahas di muka, kiranya cukup untuk menekankan bahwa agar organisasi berhasil meraih keberhasilan yang didambakannya di masa depan faktor-faktor ekternal tersebut harus diperhitungkan dengan matang.
Bagan Tantangan Manajemen Puncak Di Masa Depan



Tingkat-tingkat strategi
Berbagai organisasi bisnis yang hanya terlibat dalam suatu bidang usaha dan organisasi bisnis yang terlibat dalam berbagai bidang usaha. Berangkat dari kategorasi yaitu : organisasi bisnis yang hanya terlibat dalam satu bidang usaha dan organisasi bisnis yang terlibat dalam berbagai bidang usaha. Berangkat dari kategorasi demikian, dapat dikatakan bahwa untuk suatu organisasi yang hanya terlibat pada satu bidang bisnis, strateginya hanya dua tingkat, yaitu :
a.    Strategi pada tingkat korporasi
b.    Strategi yang sifatnya fungsional
Strategi pada tingkat korporasi merupakan tanggung jawab sekelompok orang yang menduduki posisi manajerial puncak, sedangkan perumusan dan penentuan strategi fungsional diserahkan kepada para manajer yang bertanggung jawab atas satu fungsi tertentu seperti produksi, pemasaran, keuangan dan akunting, hubungan masyarakat dan lain sebagainya.
Lain halnya dengan organisasi yang terlibat dalam berbagai bidang kegiatan bisnis. Korporasi demikian dikenal dengan berbagai nama seperti ” Group”, atau “Konglomerat”, “Holding Company” atau nama lain yang sejenis. Pada korporasi yang “multi bisnis” terdapat tiga tingkat strategi, yaitu :
a.    Strategi tingkat korporasi
b.    Strategi tingkat bidang satuan bisnis
c.    Strategi tingkat fungsional
Untuk membedakan hakikat, ciri, bentuk, dan sifat ketiga tingkat strategi tersebut “rumus” yang dapat digunakan ialah bahwa pada tingkat korporasi, strategi bersifat menyeluruh atau “holistik”, pada tingkat bidang bisnis bersifat “departemental” sedangkan pada tingkat fungsional bersifat “inkremental” dengan penjelasan rinci sebagai berikut :
Strategi pada tingkat korporasi dirumuskan dan ditetapkan oleh kelompok orang yang menduduki jabatan manajemen puncak. Strategi yang dirumuskan mencakup semua kegiatan organisasi, termasuk beraneka bidang bersifat bisnis yang ditangani dan semua yang bersifat fungsional. Bahkan termasuk strategi interaksi dengan lingkungan eksternal. Artinya terletak pada definisi yang mengatakan bahwa strategi merupakan keputusan mendasar tenteng dalam didang apa organisasi bergerak sekarang dan dalam bidang apa organisasi akan bergerak di masa depan. Karena itu jangkauan waktu strategi korporasi pun meliputi kurun waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan strategi tingkat bidang bisnis, apalagi tingkat fungsional.
Strategi pada tingkat bidang satuan bisnis dirumuskan dan ditetapkan oleh para manajer yang diserahi tugas dan tanggung jawab oleh manajemen puncakuntuk mengelola bisnis yang bersangkutan. Salah satu prinsip mendasar yang harus di pegang teguh oleh para manajer bidang bisnis ialah bahwa strategi yang mereka rumuskan dan tetapkan harus di gali dan diangkat dari strategi korporasi yang dirumuskan dan ditetapkan oleh manajen puncak. Cakupan strategi pada tingkat satuan bisnis hanyan menyangkut bisnis yang bersangkutan, tetapi dengan segala aspeknya, seperti aspek produksi, keuangan, akunting, pemasaran, manajemen sumber daya manusia, teknologi, dan berbagai aspek bisnis lainnya. Jangkauan waktunya pun lebih pendek ketimbang jangkauan waktu strategi tingkat korporasi.
Strategi pada tingkat fungsional bersifat inkremental karena para penanggungjawabnya “hanya” bertanggungjawab untuk merumuskan dan menetapkan strategi yang menyangkut bidang fungsional tertentu dari satu bidang bisnis. Akan tetapi meskipun demikian, prinsip yang digunakan oleh para manajer tingkat bidang bisnis, harus digunakan pula oleh para manjer fungsional, yaitu bahwa strategi fungsional merupakan penjabaran lebih lanjut dari strategi bidang bisnis. Waktu operasionalisasinya pun semakin pendek.
Dengan pendekatan demikian, akan terwujud mengelolaan organisasi berdasarkan pendekatan kesisteman dimana korporasi di pandang dan diperlakukan sebagai satu satuan yang utuh, terdiri dari berbagai komponen sebagai “subsystems” dan di bagi menjadi satuan-satuan kerja fungsional yang semakin kecil, tetapi tetap merupakan bagian dari sesuatu yang lebih besar. Berarti bahwa sasaran fungsional akan merupakan “bagian” dari sasaran kegiatan bisnis dan sasaran kegiatan bisnis merupakan “bagian” dari tujuan korporasi sebagai keseluruhan.







Ciri-Ciri Keputusan Manajemen Strategi Pada Berbagai Tingkatan

Ciri
Tingkatan
Korporasi
Satuan bisnis
Fungsional
Tipe
Konseptual
Campuran
Operasional
Takaran
Kualitatif
Semi kualitatif
Kuantitatif
Frekuensi
Berkala atau sporadis
Berkala atau sporadis
Berkala
Adaptabilitas
Rendah
Sedang
Tinggi
Kaitan dengan kegiatan sekarang
Inovatif
Campuran
Tambahan
Ciri rsiko
Besar
Sedang
Kecil
Potensi keutungan
Besar
Sedang
Kecil
Biaya
Besar
Sedang
Kecil
Kurun waktu
Jauh kedepan
Jangka sedang
Jangka pendek
Keluwesan
Besar
Sedang
Kecil
Interrelasi dan interaksi
Besar
Sedang
Kecil


FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH DALAM RANCANG BANGUN SISTEM MANAJEMEN STRATEGI

“Benang merah” yang selalu harus tampak dalam pembahasan tentang manajemen strategi ialah bahwa manajemen puncak dalam suatu organisasi terutama organisasi bisnis harus mampu merumuskan dan menentukan strategi organisasi sehingga organisasi yang bersangkutan tidak hanya mampu memperhatikan eksistensinya, akan tetapi sesungguhnya melakukan penyesuaian dan perubahan yang diperlukan sehingga organisasi semakin meningkat aktifitas dan produktifitasnya. Untuk mewujudkan situasi demikian, para anggota manajemen puncak harus menguasai teknik-teknik desain atau rancang bangun  sistem manajemen stratejik yang tepat dan cocok bagi organisasi yang dipimpinnya. Faktor-faktor yang harus dikenali dan diperhitungkan antara lain ialah:
a.   Tipe dan struktur organisasi,
b.   Gaya manajerial,
c.   Kompleksitas lingkugan eksternal,
d.   Kompleksitas proses produksi, dan
e.   Hakikat berbagai masalah yang dihadapi.
    
Tipe dan Struktur Organisasi
Setiap organisasi memiliki “kepribadian” yang khas. Tipe dan struktur yang dipilih untuk digunakanharus dikaitkan dengan “kepribadian” dimaksud. Secara tradisional, tipe dan struktur yang paling banyak digunakan adalah tipe yang hierarkikal atau piramida. Tipe demikian mungkin saja cocok untuk organisasi besar, kompleks dan kultur organisasi membenarkan berlakunya “jarak kekuasaan” dan oleh karena itu memerlukan berbagai “lapisan” kewenangan. Tipe demikian juga cocok apabila ingin ditonjolkan pembedaan penugasan antara mereka yang melakukan tugas pokok dan mereka yang menyelenggarakan berbagai kegiatan penunjang. Alasan lain ialah apabila jumlah karyawan besar dengan aneka ragam spesialisasinya. Akan tetapi gejala yang tampak semakin jelas terlihat dewasa ini ialah karena berbagai alasan, seperti tuntutan pengakuan dan penghargaan atas harkat dan martabat manusia, pentingnya keterlibatan para karyawan dalam proses pengambilan keputusan, pemberdayaan karyawan, otonomi, diskresi dan lain sebagainya, tipe dan struktur yang piramidak itu sering di pandang tidak cocok dan mengarah pada penciptaan organisasi yang semakin “datar” atau dengan menggunakan tipe matriks. Sifat tugas yang harus diselesaikan pun turut berperan dalam memilih tipe dan struktur organisasi, seperti yugas yang bersifat rutinistikdn mekanistik yang memerlukan penggunaan tipe tertentu, lain halnya jika tugas memerlukan inovasi dan kreatifitas para pelaksananya. Yang jelas ia bahwa manajemen puncak harus secara tepat memilih tipe dan struktur organisasi yang akan digunakan dengan mengingat organisasi tipe birokratik semakin ditinggalkan dan tipe organik semakin populer. Struktur organisasi tidak sekedar wadah dimana berbagai kegiatan berlangsung, akan tetapi sebagai wahana yang efektif bagi para anggotanya untuk berinteraksi dan saling berhubungan.

Gaya Manajerial
Para teoritisi dan praktisi yang mendalami teori kepemimpinan dan gaya manajerial dalam mengelola organisasi yang besar dan kompleks menekankan beberapa hal.
1.    Kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang situasional. Memang dikenal berbagai tipologi kepemimpinan seperti tipe yang otokratik, faternalistik, laissz faire, demokratik dan yang kharismatik. Teori kepemimpinan menekankan pula bahwa tidak ada satu tipe yang cocok dan dapat diterapkan secara konsisten pada semua jenis organisasi dan semua situasi. Berarti gaya manajerial sebagai faktor yang harus diperhitungkan dalam manajemen strategi memerlukan “cara membaca situasi organisasi yang tepat” dikalangan manajemen puncak.
2.    Gaya manajerial yang tepat ditentukan oleh tingkat kedewasaan atau kematangan para anggota organisasi. Jika kelompok manajemen mempunyai persepsi bahwa para bawahannya adlah orang-orang yang sudah matang dan dewasa (dalam arti pengetahuan, pengalaman, mental, intelektuan dan emosional) gaya yang partisipatif-lah yang tepat untuk ditampilkan. Bila para bawahan menampilkan sifat yang menunjukkan ketidak dewasaan atau kekurang matangan, apabila disertaioleh perilaku yang disfungsional, sangat mungkin gaya manajerial yang cocok digunakan adalah gaya yang faternalistik atau bahkan yang otoriter.
3.    Peranan apa yang diharapkan dimainkan oleh para manajer dalam organisasi. Seperti diketahi para manajer diharapkan dapat memainkan berbagai jenis peranan, seperti selaku simbol keberadaan organisasi, pemprakarsa visi organiasai dimasa depan, pengambil keputusan, juru bicara organisasi, penerima dan penyebar informasi,penentu alokasi dana,sarana, prasarana dan tenaga, “pemadam kebakaran”, dan berbagai peranan lainnya. Dalam perjalanannya, organisasi akan mengalami berbgai kondisi dan setiap kondisi menuntut peranan tertentu.

Kompleksitas Lingkungan Eksternal
Merupakan kenyataan pula bahwa setiap organisasi menghadapi kondisi lingkungan yang berbeda-beda. Yang jelas lingkungan eksternal suatu organisasi selalu bergerak (dinamis). Gerakan yang (sangat) dinamis tersebut pasti berpengaruh pada cara mengelola organisasi, termasuk dalam merumuskan dan menetapkan strategi. Contoh-contoh kondisi dinamis tersebut  dapat menampakkan diri di bidang politik, ekonomi, keamanan dan ketertiban masyarakat dan sosial budaya.di bidang perekonomian, misalnya contoh-contoh dinamika itu antara lain ialah : lingkungan yang relatif stabil, lingkungan yang penuh gejolak, persaingan yang tajam atau persaingan yang lunak. Posisi organisasi dalam penguasaan pasar pun turut menentukan. Strategi manajemen akan mengambil satu bentuk tertentu dalam hal posisi organisasi adalah pada “sleller’market”. Lain halnya bila organisasi berada pada posisi “buyersmarket”. Karena tidak ada organisasi yang dapat “membebaskan” diri dari dampak dinamika lingkungan eksternal, dinamika tersebut harus dikenali, diperhitungkan dan bahkan dimanfaatkan demi pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi.

Kompleksitas Proses Produksi
Semua jenis organisasi niaga dapat digolongkan pada dua kategori yaitu organisasi yang menghasilkan barang dan yang menghasilkan jasa. Dalam menyelenggarakan proses produksi, tidak terlalu penting untuk membedakan keduanya karena sama-sama harus memenuhi berbagai persyaratan seperti persyaratan mutu, harga, manfaat, usia produk, pelayanan yang cepat dan akurat, kontinyuitas suplai dan jaminan pelayanan jual. Di samping berbagai persyaratan tersebut, kompleksitas proses produksi yang turut berpengaruh dalam manajemen strategi antara lain ialah apakah organisasi akan berproduksi berdasarkan pendekatan padat karya atau padat modal; apakah akan menggunakan teknologi canggih atau tidak misalnya robotisasi dalam kegiatan perakitan atau otomatisasi kegiatan perkantoran,apakah masyarakat pengguna barang atau pemakai jasa sudah siap menggunakan produk baru atau tidak, apakah organisasi memiliki keunggulan kompetitif atau tidak dan sebagainya. Kesemuanyan itu pasti mempunyai dampak terhadap proses penentunan strategidan implementasinya.

Hakikat Permasalahan Yang Di Hadapi
Jika dikatakan bahwa strategi merupakan keputusan dasar yang di ambil oleh manajemen puncak, salah satu implikasi pernyataan tersebut ialah bahwa manajemen puncak harus merupakan orang-orang yang cekatan memecahkan masalah, terlepas apakah masalah itu rumit dan mempunyai dampak kuat untuk jangka panjang atau relatif sederhana dan dengan dampak yang tidak kuat dan hanya bersifat jangka pendek atau sedang. Yang jelas ialah bahwa pendekatan dan teknik yang dugunakan untuk memecahkan masalah harus berhasil mencabut akar permasalahan dan tidak sekedar mengobati gejala-gejalanya saja.
Untuk maksud tersebut, misalnya, diperlukan kemampuan melakukan analisis informasi sedemikian rupa sehingga dari analisis yang dilakukan tampak berbagi alternatif yang mungkin di tempuh. Juka berbagi alternatif tersebut sudah dikenali kekuatan dan kelemahannya, diperlukan keberanian untuk memilih salah satu diantaranya yang di anggap merupakan opsi yang paling tepat. Sudah barang tentu, masalah yang rumit memerlukan strategi pemecahan yang lain dari pemecahan masalah yang relatif sederhana.
Agar manajemen strategi benar-benar mencapai sasarannya, berbagai pihak yang terlibat didalamnya dengan beraneka ragam peranan perlu memahami proses manajemen strategi yang menjadi objek pembahasan.

1 komentar:

  1. Las Vegas Casino - JTG Hub
    › www.jtmhub.com › events › las-vegas-casino- › 제천 출장마사지 www.jtmhub.com 1xbet korean › events › las-vegas-casino- JTG Marriott Casino - Hotel, 사천 출장샵 Spa, Dining, Entertainment and more. Book 제주 출장마사지 your 고양 출장안마 stay at one of the 45 gaming tables, perfect for

    BalasHapus